Minggu, 12 November 2017

KESMAVET

BAB I
PENDAHULUAN
Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang semakin penting di era perdagangan bebas. Pangan yang aman, sehat, utuh dan halal merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makan berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pangan asal hewan seperti daging dan susu serta hasil olahannya umumnya bersifat mudah rusak (perishable) dan memiliki potensi mengandung bahaya biologik, kimiawi dan atau fisik, yang dikenal sebagai potentially hazardous foods (PHF). Oleh sebab itu, penanganan produk tersebut harus higienis.
Daging adalah salah satu bahan pangan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena zat-zat makanan yang dikandungnya sangat diperlukan untuk kehidupan manusia, terutama bagi anak - anak yang sedang tumbuh. Mahalnya harga daging membuat sebagian orang untuk berbuat curang dengan menggunakan cara - cara yang akan merugikan manusia antara lain mencampur daging sapi dengan daging celeng dan lain - lain. Untuk itu diperlukan pengujian - pengujian untuk mengetahui daging dan aman di konsumsi dan untuk mencegah terjadinya kecurangan - kecurangan yang terjadi. Uji yang dapat dilakukan antara lain adalah uji karakteristik pada daging meliputi warna, tekstur, bau dan jenis daging. Uji halal dengan menggunakan uji kit untuk mengidentifikasi pemalsuan daging, uji kesegaran daging dengan cara menggunakan pengujian kit (Durante), dan uji mikrobiologi daging dengan cara diteliti di lab menggunakan mikroskop.
Susu merupakan produk biologis yang rentan terkontaminasi oleh mikroba. Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrien dan kondisi lingkungan susu yang cocok untuk pertumbuhan mikroba. Susu mengandung sumber zat - zat makanan penting seperti air, protein, lemak, mineral Ca dan P, dan vitamin serta kolostrum. Kualitas atau mutu susu merupakan bagian penting dalam produksi dan perdagangan susu untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui bagaimana cara membedakan susu yang berkualitas baik dengan susu yang berkualitas buruk. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan pengujian – pengujian pada susu antara lain uji kesegaran susu berupa uji didih dan uji alkohol. Uji karakteristik susu meliputi warna, bau dan rasa sedangkan uji pemalsuan meliputi penambahan air, penambahan santan, penambahan formalin dan penambahan boraks. Uji tersebut dilakukan  dengan tujuan untuk memeriksa keadaan dan kualitas susu yang aman dan layak untuk dikonsumsi.

Tujuan dari praktikum kesehatan masyarakat veteriner yaitu dapat membedakan daging, dapat menguji kehalalan dan kesegaran pada daging, dapat mengetahui karekteristik berbagai pemalsuan susu serta menguji kesegaran dan pemalsuan pada susu. Manfaat yang dilakukan yaitu dapat diterapkan kepada masyarakat sehinga dapat mengkonsumsi hasil produk ternak secara ASUH.

BAB II
MATERI DAN METODE
            Praktikum Kesehatan Masyarakat Veteriner dengan materi Uji Daging dilakukan pada Rabu, 12 April 2017 pukul 11.00 – 13.00 WIB dan materi Uji Susu dan Uji Telur dilaksanakan pada Rabu, 19 April 2017 pukul 11.00 – 13.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Ternak dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

2.1.      Materi
2.1.1.   Uji daging
Bahan yang digunakan dalam acara uji daging meliputi potongan daging ayam, daging kambing, daging babi dan daging sapi yang digunakan untuk identifikasi karakterisrik daging, sampel daging sapi dan daging campuran yang digunakan untuk uji halal, sampel ayam segar dan ayam tiren utuh yang digunakan dalam uji karakteristik kesegaran daging serta potongan daging ayam segar maupun ayam tiren yang digunakan untuk uji kesegaran daging dengan uji kit (Durante), aquades berfungsi untuk membuat ekstrak daging. Alat yang digunakan dalam uji daging meliputi mortar ukuran kecil yang berfungsi untuk menghaluskan daging, gelas ukur untuk mengukur volume aqudes, wadah plastik yang berfungsi sebagai wadah ekstrak sampel, nampan plastik berfungsi sebagai tempat sampel, alat tulis berfungsi untuk mencatat hasil praktikum, test strip berfungsi sebagai indikator uji pemalsuan atau uji halal daging dan Durante berfungsi sebagai indikator dalam uji kesegaran daging.

2.1.2.   Uji susu
Bahan yang digunakan dalam acara uji susu meliputi susu murni, susu ditambahkan air, susu ditambahkan santan, susu ditambahkan formalin dan susu ditambahkan boraks yang digunakan untuk identifikasi karakteristik berbagai pemalsuan susu dan uji pemalsuan susu, sampel susu yang digunakan untuk uji kesegaran susu, alkohol 70% digunakan untuk uji alkohol. Alat yang digunakan dalam uji susu meliputi test kit berfungsi sebagai indikator uji penambahan boraks pada susu, formalin test kit berfungsi sebagai indikator uji penambahan formalin pada susu, bunsen yang berfungsi untuk memanaskan susu, gelas ukur untuk mengukur volume susu, laktodensimeter yang berungsi untuk mengukur bj susu, timbangan untuk menimbang berat susu, mikroskop untuk mengamati susu santan, objek glass yang berfungsi menaruh sampel,  nampan plastik berfungsi sebagai tempat sampel dan alat tulis berfungsi untuk mencatat hasil praktikum.

2.2.      Metode

2.2.1.   Uji daging
2.2.1.1.Karakteristik berbagai daging, metode yang digunakan pada materi Karakeristik berbagai daging yaitu mengidentifikasi karakteristik beberapa jenis daging yang disediakan yaitu daging ayam, babi, kambing dan sapi meliputi warna, tekstur dan bau untuk mengetahui perbedaan dari daging yang disediakan. Menulis hasil identifikasi ke dalam formulir dengan alat tulis.

2.2.1.2.Uji halal, metode yang digunakan dalam uji halal daging yaitu dengan menimbang sampel sebanyak 3 gram untuk dibuat ekstrak sampel daging. Menghaluskan sampel dengan mortar kecil kemudian ditambah aquades sebanyak 3–5 ml ke dalam sampel. Ekstrak sampel dituangkan ke dalam wadah plastik. Test strip dicelupkan ke dalam ekstrak daging dengan ditahan selama 10–15 detik kemudian test strip diangkat dan diletakkan pada permukaan yang rata dan ditunggu sampai muncul garis berwarna merah pada bagian tengah test strip. Mendokumentasi hasil yang didapat kemudian dicatat pada lembar formulir.

2.2.1.3.Uji kesegaran daging, metode yang digunakan dalam uji kesegaran daging yaitu dengan menimbang sampel sebanyak 3 gram untuk dibuat ekstrak sampel daging. Menghaluskan sampel dengan mortar kemudian ditambah aquades sebanyak 4 ml ke dalam sampel. Ekstrak sampel dituangkan ke dalam wadah plastik sebanyak 1 ml dan ditambahkan dengan dua tetes Durante. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada daging. Daging segar menunjukkan warna biru sedangkan pada daging bangkai menunjukkan warna hijau pada ekstrak daging.

2.2.2.   Uji susu
2.2.2.1.Karakteristik berbagai pemalsuan susu, metode yang digunakan pada materi karakeristik berbagai pemalsuan susu yaitu mengidentifikasi karakteristik beberapa jenis susu yang disediakan yaitu susu murni, susu dicampur air, susu santan, susu formalin dan susu boraks meliputi warna, rasa dan bau untuk mengetahui perbedaan dari susu yang disediakan. Menulis hasil identifikasi ke dalam formulir dengan alat tulis.

2.2.2.2.Uji kesegaran susu, metode yang digunakan dalam uji kesegaran susu  dengan uji didih yaitu dengan menuang susu dalam beaker glass sebanyak 10 ml, memanaskan susu dengan bunsen hingga mendidih, kemudian setelah mendidih mengamati perubahan yang terjadi. Metode yang digunakan dalam uji kesegaran susu dengan uji alkohol yaitu dengan menuang susu ke dalam beaker glass sebanyak 20 ml, menambahkan alkohol dengan perbandingan 1 : 1, digojok dan mengamati perubahan yang terjadi. Mendokumentasi hasil yang didapat kemudian dicatat pada lembar formulir.

2.2.2.3.Uji penambahan susu, metode yang digunakan dalam uji penambahan susu dengan airmenggunakan latodensimeter yaitu dengan menuangkan susu ke dalam gelas ukur sebanyak 500 ml, latodensimeter dicelupkan hingga mengapung dan diputar, diamati angka yang tertera pada laktodensimeter dan dihitung berat jenis dengan rumus :           
Berat jenis :  Berat jenis terukur – (27,5 – T) x 0,0002
Metode yang digunakan dalam uji penambahan susu dengan air menggunakan timbangan yaitu dengan susu dituangkan ke dalam gelas ukur yang ditimbang terlebih dahulu sebanyak 500 ml, amati angka pada timbangan dan hitung dengan rumus :
Berat susu : 
Metode yang digunakan dalam uji penambahan susu dengan santan yaitu dengan susu dituangkan 1 – 2 tetes pada objek glass dan ditutup dengan cover glass, dan diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 40 x.
Metode yang digunakan dalam uji penambahan susu dengan formalin yaitu dengan susu dimasukkan ke dalam botol 1 sampai terisi 1/3 botol, dikocok sekitar 1 menit, isi botol 1 dipindahkan ke botol 2, dikocok sekitar 1 menit, isi botol 2 dipindahkan ke dalam botol 3 dan diamati perubahan warna.
Metode yang digunakan dalam uji penambahan susu dengan boraks yaitu dengan sampel susu dimasukkan ke dalam wadah plastik, kertas uji dicelupkan pada sampel kertas uji dimulai dari ujung kertas uji sampai sampel meresap kurang lebih 1 cm dari ujung kertas uji, dan amati perubahan warnanya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.      Uji Daging
3.3.1.   Karakteristik berbagai daging
            Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik berbagai daging
Label
Warna
Tekstur
Bau
JenisDaging
A
Putih pucat
Lembut
Agak amis
Daging ayam
B
Merah pucat
Halus
Bau anyir
Daging babi
C
Merah muda
Halus
Bau prengus
Daging kambing
D
Merah tua
Berserat halus
Amis
Daging sapi


            Berdasarkan pengamatan karakteristik daging yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa daging dengan label A merupakan daging ayam yang memiliki ciri-ciri berwarna pucat, bertesktur lembut dan baunya amis. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa Afrianti dkk. (2013) yang menyatakan bahwa daging ayam berwarna putih sampai kekuningan. Sumual dkk. (2014) daging ayam mempunyai tekstur yang lembut karena mempunyai serabut otot yang kecil. Bau spesifik daging ayam tidak ada bau menyengat, tidak berbau amis, tidak berbau busuk. Bau pada daging ayam dipengaruhi oleh adanya protein lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Jaelani dkk. (2014) yang menyatakan bahwa aroma daging ayam diperoleh dari adanya protein dan lemak.
            Berdasarkan pengamatan karakteristik daging yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa daging dengan label B merupakan daging babi yang memiliki ciri-ciri berwarna merah pucat, bertekstur halus dan berbau anyir. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo (2007) yang menytakan bahwa daging babi yang baik memiliki warna yang pucat, bertekstur halus, konsistensi kenyal dan marbling yang cukup. Warna merah pucat pada babi dipengaruhi oleh kandungan mioglobin. Hal ini sesuai dengan pendapat Sriyani dkk. (2015) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama yang mempengaruhi warna daging yaitu konsentrasi pigmen daging yaitu mioglobin selain itu nutrisi, spesies, bangsa,umur,jenis kelamin, stress dan oksigen juga berpangaruh pada warna daging babi.
            Berdasarkan pengamatan karakteristik daging yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa daging dengan label C merupakan daging kambing yang memiliki ciri-ciri berwarna merah muda, bertekstur halus dan bau prengus khas kambing. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnonomo dkk. (2012) yang menyatakan bahwa daging kambing yang baik memiliki ciri-ciri warna merah jambu, seratnya halus, lemaknya keras dan berwarna putih, berbau lebih keras dari daging sapi. Daging kambing bertekstur halus yang dipengaruhi oleh umur yang masih muda sehingga memiliki serabut otot yang belum terlalu besar dan jaringan ikat juga belum tebal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarlim dan Setiyanto (2005) yang menyatakan bahwa testur daging kambing yang kasar karena terdiri dari serabut otot yang besar dan jaringan ikat yang tebal.
            Berdasarkan pengamatan karakteristik daging yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa daging dengan label D merupakan daging sapi yang memiliki ciri-ciri berwarna merah tua, bertekstur agar halus dan baunya amis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi dkk. (2011) yang menyatakan bahwa ciri daging sapi yaitu warna merah terang dan lemaknya berwarna kekuningan serta memiliki aroma amis segar. Warna daging sapi yang merah terang karena banyak mengandung miogoblin. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudrajat (2007) yang menyatakan bahwa daging yang berwarna merah menandakan bahwa daging tersebut banyak mengandung mioglobin.

3.1.2.     Uji halal
              Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
              Tabel 2. Identifikasi pemalsuan daging
Label
Hasil Identifikasi
A
Daging sapi campuran babi karena bau anyir, warna terang, terdapat 2 garis strip
B
Daging sapi asli tanpa campuran karena bau amis, warna gelap, terdapat 1 garis strip


              Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan diketahui bahwa sampel daging A positif daging babi, karena ketika diuji Pork Detection Kit sampel ekstrak tersebut  muncul dua garis sejajar berwarna merah yang menandakan daging tersebut positif daging babi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pahlevi (2013) yang menyatakan bahwa pengujian pada sampel positif mengandung arti bahwa sampel tercemar mengandung babi atau telah dipalsu. Sampel daging B negatif dari tambahan dagingbabi karena bau amis, warnanya gelap dan terdapat satu strip. Metode Pork Detection Kit merupakan metode yang paling efisien untuk mengetahui adanya kandungan daging babi atau tidak. Prinsip kerja dari Pork Detection Kit yaitu menggunakan Immunokromatografi. Immunokromatografi adalah suatu teknik untuk memisahkan dan mengidentifikasi antigen atau anti bodi yang terlarut dalam sampel. Pada kasus ini Pork Detection Kit akan mendeteksi ada atau tidaknya antigen babi pada sampel yang di uji. Menurut Erwanto dkk. (2007) metode yang cepat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya pemalsuan daging sapi adalah dengan menggunakan Porcine Detection Kit, indikator ini digunakan karena mampu mendeteksi ada atau tidaknya anti gen babi pada sampel terlarut dengan prinsip Immunokromatografi.

3.1.3.     Uji kesegaran daging
              Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
              Tabel 3. Karakteristik Ayam segar dan ayam tiren
Label
Hasil Identifikasi
A
Warna hijau ketika uji Durante, terdapat bercak merah pada kulit daging, bau busuk, daging berair.
B
Warna biru muda ketika uji Durante, tidak terdapat bercak merah, daging cenderung kering, bau tidak busuk.


              Sampel daging ayam yang positif pada uji Durante adalah sampel daging  ayam A sedangkan sampel daging B negatif. Daging yang dicurigai sebagai ayam  tiren di ekstrak untuk di uji Durante, warna ekstrak yang asalnya merah muda ditetesi durante kemudian warna berubah menjadi hijau setelah  pengocokan. Ayam tiren merupakan istilah yang biasa digunakan masyarakat untuk menyebut ayam yang mati tidak melalui proses penyembelihan sehingga darah mengendap di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nareswari (2006) yang menyatakan bahwa ayam tiren adalah ayam yang telah mati bukan karena disembelih melainkan karena hal lain, diantaranya transportasi yang buruk, penyakit dan stres pada ayam. Daging ayam tiren memiliki warna merah darah, tekstur kenyal dan berbau busuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiatmaja dan Rakhmadi (2012) yang menyatakan bahwa daging ayam tiren memiliki warna merah kusam, sedangkan pada daging ayam normal daging berwarna lebih cerah. Selain hal tersebut, bau yang dihasilkan juga lebih menyengat dibandingkan daging ayam normal.

3.2.      Uji Susu
3.2.1.   Karakteristik berbagai pemalsuan susu
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Karakteristik berbagai pemalsuan susu
Label
Jenis Pemalsuan
Warna
Bau
Rasa
3
Susu Murni
Kekuningan
Khas Susu
Khas susu, gurih
4
Susu + Air
Kuning Kebiruan
Susu
Sedikit Tawar
2
Susu + Santan
Keputihan
Agak Kesantanan
Gurih
1
Susu + Formalin
Kekuningan
Menyengat
Susu
5
Susu + Boraks
Kuning Kemerahan
Susu
Khas susu


            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilkukan dapat diketahui bahwa karakteristik berbagai pemalsuan susu antara lain susu ditambah air, susu ditambah santan, susu ditambah formalin dan susu ditambah boraks yang masing – masing memiliki warna, bau dan rasa yang berbeda – beda pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Aritonang (2010) bahwa terdapat berbagai pemalsuan susu yang dilakukan antara lain dengan  menambah air, menambah air dengan dan mengurangi krim, menambah air dan skim milk, menambah air kelapa, air santan, air beras dan air tajin. Menurut Wulandesi (2010) bahwa pemalsuan susu yang dilakukan dapat mempengaruhi nilai berat jenis, kadar lemak, kadar bahan kering, kadar bahan kering tanpa lemakserta titik beku yang mana bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

3.2.2.     Uji kesegaran susu
              Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
              Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji Kesegaran Susu
Parameter
Sampel A
Sampel B
Didih
Alkohol
Didih
Alkohol
Warna
Putih susu dan kekuningan
Kekuningan
Putih
Putih
Perubahan yang terjadi
Tidak pecah
Pecah
Pecah
Pecah


            Sampel susu A yang telah diuji menggunakan uji didih dan uji alkohol menunjukkan bahwa susu berwarna putih susu dan tekstur pecah setelah didihkan dan susu yang ditambahkan alkohol, sedangkan pada sampel susu B yang telah diuji menggunakan uji didih dan uji alkohol menunjukkan bahwa susu berwarna putih dan tekstur pecah setelah didihkan dan susu yang ditambahkan alkohol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel susu A yang diuji merupakan susu basi. Pecahnya tekstur susu disebabkan oleh bakteri asam laktat yang sudah mencemari susu yang menyebabkan tekstur susu menjadi pecah. Isniawan dkk. (2013) menyatakan bahwa jika keasaman susu meningkat maka ikatan kasein dengan garam kalsium melemah sehingga kasein menggumpal dan pecah. Uji didih susu yang terjadinya terpecahnya susu karena prespitasi kasein susu. Hamidah dkk. (2012) menyatakan bahwa uji didih positif ditandai dengan adanya gumpalan susu yang melekat pada dinding tabung akibat dari pecahnya susu karena presipitasi kasein susu.
Warna susu yang diuji didih dan alkohol yaitu berwarna putih susu, sedangkan susu segar memiliki warna putih kekuningan. Warna kekuningan pada susu diakibatkan oleh kandungan lemak pada susu yang masih utuh sedangkan susu yang berwarna putih disebabkan oleh kandungan lemak susu yang sudah rusak oleh bakteri asam laktat. Umar dkk. (2014) menyatakan bahwa warna susu yang baik yaitu putih kekuningan. Habibah dan Mu’ammar (2011) menyatakan bahwa kerusakan susu disebabkan oleh terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa oleh mikrobia.

3.2.3.   Uji pemalsuan susu
3.2.3.1.Penambahan air, berdasarkan hasil praktikum dapat diperoleh BJ susu yang ditambah air yaitu 1,0231 g/L dan susu segar yaitu 1,0279 g/L. Berat jenis susu yang ditambah air  lebih besar dibanding berat susu segar. Menurut Sakinah dkk. (2010) bahwa ideal BJ susu yaitu 1,0286 g/L, sedangkan BJ air yaitu 1 g/L  Peritungan berat susu dengan menggunakan timbangan untuk susu yang ditambah air yaitu 1,026 gr/ml dan susu segar yaitu 1,032 gr/ml. Penambahan air pada susu bertujuan untuk menambah volume susu. Menurut Saleh (2004) berat jenis susu lebih berat daripada air.

3.2.3.2.Penambahan santan, Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 6. Pengamatan pemalsuan susu pada mikroskop perbesaran 40x








Susu A
Susu B
           
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa susu A merupakan susu murni sedangkan susu B merupakan susu yang dicampur dengan santan. partikel pada susu lebih rapat dari pada partikel pada susu yang dicampur dengan santan. Tujuan penambahan santan pada susu yaitu untuk meningkatkan kadar lemak. Menurut Ahmad (2013) bahwa santan memiliki asam lemak bebas yang tinggi, sehingga ketika ditambahkan dengan bahan pakan lain dengan jumlah yang banyak maka akan membuat kadar lemak pada bahan tersebut tinggi. Pemalsuan ini selain untuk meningkatkan kadar lemak yaitu menambah biaya pembeli yang didasarkan oleh kadar lemak tersebut. Menurut Parrokasi (2007) menyatakan bahwa santan memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kadar lemak semula akan meningkat.

3.2.3.3. Penambahan formalin, berdasarkan hasil praktikum dapat diperoleh bahwa pada botol 1 susu berwarna putih, pada botol 2 susu berwarna lebih kuning dan pada botol 3 susu berwarna lebih kemerahan. Penambahan formalin pada susu bertujuan untuk meningkatkan lama pengawetan pada susu. Cahyadi (2006) menyatakan bahwa formalin merupakan bahan kimia yang berbahaya, apabila formalin ditambahkan kedalam bahan pangan dapat menimbulkan kanker pada manusia. Menurut Hastuti (2015) bahwa penambahan formalin bertujuan untuk membunuh bakteri pada susu sehingga susu tersebut dapt bertahan lama dan meningkatkan kualitas susu sehingga dapat memenuhi standar mutu susu yang ditetapkan.

3.2.3.4. Penambahan boraks, berdasarkan hasil praktikum dapat diperoleh bahwa kertas yang dicelupkan pada susu berwarna coklat menjadi coklat kemerahan, hal tersebut menunjukan susu mengandung boraks. Hal ini sesuai pendapat Padmaningrum dan Mawarti (2013) bahwa tester kit digunakan untuk menguji bahan pangan cair maupun padat yang mengandung boroks akan berwarna merah. Tujuan penambahan boraks yaitu untuk menambah masa pengawetan pada susu. Menurut  Isniawan (2013) bahwa boraks merupakan bahan kimia yang berbahaya bagi konsumen namun bahan tersebut ditambahkan pada makanan.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN
4.1.      Simpulan

            Berdasarkan pratikum dapat disimpulkan bahwa daging ayam, babi, kambing dan sapi dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur dan bau. Identifikasi pemalsuan daging dengan menguji kehalalan menggunakan uji kit. Uji Durante digunakan untuk membedakan daging ayam segar dan daging ayam tiren. Pemalsuan susu dapat dibedakan dari warna, bau dan  rasa.  Uji kesegaran susu dapat dilakukan dengan cara uji didih dan uji alkohol. Pemalsuan susu dapat diketahui melalui pengukuran BJ dengan menggunakan alat laktodensimeter dan timbangan, sedangkan untuk pemalsuan susu yang ditambah santan menggunakan uji pengamatan partikel dengan mikroskop. Pemalsuan susu yang ditambah formalin dapat diuji dengan formalin test kit. Pemalsuan susu yang ditambah boraks dapat dijui dengan menggunakan boraks test kit.

4.2.      Saran
         Sebaiknya pada saat praktikum dilakukan dengan telit dan cermat agar didapat hasil yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, M., B. Dwiloka dan B.E. Setiani. 2013. Perubahan warna, profil protein, dan mutu organoleptik daging ayam broiler setelah direndam dengan ekstrak daun seduduk. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 2 (3): 116-120.

Ahmad, M.I., L.C. Mandey., T.M. Langi dan J.E.A. Kandou. 2013. Pengaruh Perbandingan Santan Dan Air Terhadap Rendemen, Kadar Air Dan Asam Lemak Bebas (FFA) Virgin Coconut Oil. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado (Skripsi)

Aritonang, S.N. 2010. Susu dan Teknologi. Swagati Press, Yogyakarta.

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.

Dwiatmaja,  A.W. dan F.A. Rakhmadi. 2012. Karakteristik Resistansi Daging Ayam Tiren dan Daging Ayam Normal. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY. Purworejo. 14 April 2012. 218-222.

Erwanto, Y., Arief. B.W. dan Rusman. 2007. Identifikasi daging babi dengan PCR-RFLP sebagai acuan untuk menentukan status kehalalan. J. Agritech. 32 (4): 370-377.

Habibah dan Mu’ammar. 2011. Pertumbuhan mikroorganisme selama penyimpanan susu pasteurisasi pada suhu rendah. J. Agroscientic. 18 (3): 51-56.
Hamidah, E., I.M. sukada dan I.B.N. Swacita. 2012. Kualitas susu kambing peranakan etawah post-thawing pada penyimpanan suhu kamar. Indonesia medicus Veterinus. 1 (3): 361-369.
Hadi, R.W., I. Setiawan dan Sumardi. 2011. Perencanaan alat pendeteksi kualitas daging sapi berdasarkan warna dan bau berbasis mikrokontroler atmega32 menggunakan logika fuzzy. J. Transmisi. 13 (1): 21-26.

Hastuti, L. 2015. Pengujian Kualitas Bahan Baku dalam Pembuatan Susu Pasteurisasi dan Homegenisasi CV. Cita Nasional. Jurusan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang (Skripsi). 
Isniawan, V., Y. Subagyo dan S. Utami. 2013. Pengaruh persentase penambahan madu dengan lama penyimpanan yang berbeda terhadap pH dan uji alkohol susu kambing. J. Ilmiah Peternakan. 1 (1): 79-87.

Jaelani, A., S. Dharmawanti dan Wanda. 2014. Berbagai lama penyimpanan daging ayam broiler segar dalam kemasan plastik pada lemari es (suhu 4°C) dan pengaruhnya terhadap sifat fisik dan organoleptiknya. J. Buletin Peternakan. 39 (3): 119-128.

Nareswari,  A.R. 2006.  Identifikasi dan Karakterisasi Ayam Tiren. Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi)

Padmaningrum, R.A. dan S. Mawati. 2013. Tester kit untuk uji boraks dalam makanan. J. Saintek. 18 (1): 24-33

Parrokasi, N. 2007. Penuntun Kesehatan Masyarakat Veteriner (Susu, Daging dan Telur). Jurusan Pendidikan Dokter Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. (Skripsi).

Purnomo, H., D. Rosyidi dan S.K. Pantoro. 2012. Kadar protein dan profil asam amino daging kambing Peranakan Etawah (PE) jantan dan Peranakan Boer (PB) kastrasi. J. Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 7 (1): 1-5.

Sakinah,N.E., G. Dwiyanti., S.S. Darsati. 2010. Pengaruh penambahan asam Dokosaheksaenoat (DHA) terhadap ketahanan susu pasteurisasi. J Sains dan Teknologi Kimia. 1 (2): 170-176
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Sriyani, N.L.P., N.M.A. Rasna, S.A. Lindawati dan A.A. Oka. 2015. Studi perbandingan kualitas fisik daging babi Bali dengan babi Landrace persilangan yang dipotong di rumah pemotongan hewan tradisional. Majalah Ilmiah Peternakan. 18 (1): 26-29.

Sudrajat, G. 2007. Sifat Fisik dan Organoleptik Bakso Daging Sapi dan Daging Kerbau dengan Penambahan Karagenan dan Khitosan. Jurusan Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi).

Sumual, M.A., R.Hadju., M.D. Rotinsulu dan S.E. Sakul. 2014. Sifat organoleptik daging broiler dengan lama perendaman berbeda dalam perasan lemon cui (Citrus microcarpa). J. Zootek. 34 (2): 139-147.

Sunarlim, R. dan H. Setiyanto. 2005. Potongan komersil karkas kambing Kacang jantan dan domba lokal jantan terhadap komposisi fisik dan gizi daging. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 666-673.

Susilo, A. 2007. Karakteristik fisik daging berbagai bangsa babi. J. Teknologi dan Ilmu Hasil Ternak. 2 (2): 42-51.
Umar., Razali dan A. Novita. 2014. Derajat keasaman dan angka reduktase susu sapi pasteurisasi dengan lama penyimpanan yang berbeda. J. Medika Veterinaria. 8 (1):43-46.

Wulandesi, A. 2010 Quality Control  dalam pembuatan susu pasteurisasi dan homogenisasi serta yoghurt. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).