BAB I
PENDAHULUAN
Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang
semakin penting di era perdagangan bebas. Pangan yang aman, sehat,
utuh dan halal merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya
terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi
kepentingan kesehatan serta makan berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Pangan asal hewan seperti daging dan susu
serta hasil olahannya umumnya bersifat mudah rusak (perishable) dan memiliki potensi mengandung bahaya biologik,
kimiawi dan atau fisik, yang dikenal sebagai potentially
hazardous foods (PHF). Oleh
sebab itu, penanganan produk tersebut harus higienis.
Daging adalah salah satu bahan
pangan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena
zat-zat makanan yang dikandungnya sangat diperlukan untuk kehidupan manusia,
terutama bagi anak - anak yang sedang tumbuh. Mahalnya harga daging membuat
sebagian orang untuk berbuat curang dengan menggunakan cara - cara yang akan
merugikan manusia antara lain mencampur daging sapi dengan daging celeng dan lain - lain. Untuk itu diperlukan pengujian - pengujian untuk
mengetahui daging dan aman di konsumsi dan untuk mencegah terjadinya kecurangan
- kecurangan yang terjadi. Uji yang dapat dilakukan antara lain adalah uji
karakteristik pada daging meliputi warna, tekstur, bau dan jenis daging. Uji
halal dengan menggunakan uji kit untuk mengidentifikasi pemalsuan daging, uji
kesegaran daging dengan cara menggunakan pengujian kit (Durante), dan uji
mikrobiologi daging dengan cara diteliti di lab menggunakan mikroskop.
Susu merupakan produk biologis yang rentan terkontaminasi oleh
mikroba. Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrien dan
kondisi lingkungan susu yang cocok untuk pertumbuhan mikroba. Susu mengandung sumber zat - zat makanan penting seperti air, protein, lemak,
mineral Ca dan P, dan vitamin serta kolostrum. Kualitas
atau mutu susu merupakan bagian penting dalam produksi dan perdagangan susu
untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui bagaimana cara membedakan susu
yang berkualitas baik dengan susu yang berkualitas buruk. Untuk mengetahui hal
tersebut maka perlu dilakukan pengujian – pengujian pada susu antara lain uji
kesegaran susu berupa uji didih dan uji alkohol. Uji karakteristik susu meliputi
warna, bau dan rasa sedangkan uji pemalsuan meliputi penambahan air, penambahan
santan, penambahan formalin dan penambahan boraks. Uji tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa keadaan dan
kualitas susu yang aman dan layak untuk dikonsumsi.
Tujuan dari praktikum kesehatan masyarakat veteriner yaitu dapat membedakan daging, dapat menguji kehalalan dan kesegaran
pada daging, dapat mengetahui karekteristik berbagai pemalsuan susu serta menguji
kesegaran dan pemalsuan pada susu. Manfaat yang dilakukan yaitu dapat diterapkan
kepada masyarakat sehinga dapat mengkonsumsi hasil produk ternak secara ASUH.
BAB
II
MATERI
DAN METODE
Praktikum
Kesehatan Masyarakat Veteriner dengan materi Uji Daging dilakukan pada Rabu, 12
April 2017 pukul 11.00 – 13.00 WIB dan materi Uji Susu dan Uji Telur
dilaksanakan pada Rabu, 19 April 2017 pukul 11.00 – 13.00 WIB di Laboratorium
Kesehatan Ternak dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1. Materi
2.1.1.
Uji daging
Bahan yang
digunakan dalam acara uji daging meliputi potongan daging ayam, daging kambing,
daging babi dan daging sapi yang digunakan untuk identifikasi karakterisrik
daging, sampel daging sapi dan daging campuran yang digunakan untuk uji halal,
sampel ayam segar dan ayam tiren utuh yang digunakan dalam uji karakteristik
kesegaran daging serta potongan daging ayam segar maupun ayam tiren yang
digunakan untuk uji kesegaran daging dengan uji kit (Durante), aquades berfungsi
untuk membuat ekstrak daging. Alat yang digunakan dalam uji daging meliputi
mortar ukuran kecil yang berfungsi untuk menghaluskan daging, gelas ukur untuk
mengukur volume aqudes, wadah plastik yang berfungsi sebagai wadah ekstrak
sampel, nampan plastik berfungsi sebagai tempat sampel, alat tulis berfungsi
untuk mencatat hasil praktikum,
test strip berfungsi sebagai indikator uji pemalsuan atau uji halal daging dan Durante berfungsi
sebagai indikator dalam uji kesegaran daging.
2.1.2.
Uji susu
Bahan yang
digunakan dalam acara uji susu meliputi susu murni, susu ditambahkan air, susu
ditambahkan santan, susu ditambahkan formalin dan susu ditambahkan boraks yang
digunakan untuk identifikasi karakteristik berbagai pemalsuan susu dan uji
pemalsuan susu, sampel susu yang digunakan untuk uji kesegaran susu, alkohol 70%
digunakan untuk uji alkohol. Alat yang digunakan dalam uji susu meliputi test kit berfungsi sebagai indikator uji
penambahan boraks pada susu, formalin test
kit berfungsi sebagai indikator uji penambahan formalin pada susu, bunsen
yang berfungsi untuk memanaskan susu, gelas ukur untuk mengukur volume susu, laktodensimeter
yang berungsi untuk mengukur bj susu, timbangan untuk menimbang berat susu,
mikroskop untuk mengamati susu santan, objek glass yang berfungsi menaruh sampel, nampan plastik berfungsi sebagai tempat sampel
dan alat tulis berfungsi untuk mencatat hasil praktikum.
2.2. Metode
2.2.1.
Uji daging
2.2.1.1.Karakteristik
berbagai daging, metode yang digunakan pada materi
Karakeristik berbagai daging yaitu mengidentifikasi karakteristik beberapa
jenis daging yang disediakan yaitu daging ayam, babi, kambing dan sapi meliputi
warna, tekstur dan bau untuk mengetahui perbedaan dari daging yang disediakan.
Menulis hasil identifikasi ke dalam formulir dengan alat tulis.
2.2.1.2.Uji
halal, metode yang digunakan dalam uji halal
daging yaitu dengan menimbang sampel sebanyak 3 gram untuk dibuat ekstrak
sampel daging. Menghaluskan sampel dengan mortar kecil kemudian ditambah
aquades sebanyak 3–5 ml ke dalam sampel. Ekstrak sampel dituangkan ke dalam
wadah plastik. Test strip dicelupkan
ke dalam ekstrak daging dengan ditahan selama 10–15 detik kemudian test strip diangkat dan diletakkan pada
permukaan yang rata dan ditunggu sampai muncul garis berwarna merah pada bagian
tengah test strip. Mendokumentasi
hasil yang didapat kemudian dicatat pada lembar formulir.
2.2.1.3.Uji
kesegaran daging, metode yang digunakan dalam uji kesegaran daging yaitu dengan
menimbang sampel sebanyak 3 gram untuk dibuat ekstrak sampel daging. Menghaluskan
sampel dengan mortar kemudian ditambah aquades sebanyak 4 ml ke dalam sampel.
Ekstrak sampel dituangkan ke dalam wadah plastik sebanyak 1 ml dan ditambahkan dengan dua tetes
Durante. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada daging. Daging segar menunjukkan
warna biru sedangkan pada daging bangkai menunjukkan warna hijau pada ekstrak
daging.
2.2.2.
Uji susu
2.2.2.1.Karakteristik
berbagai pemalsuan susu, metode yang digunakan
pada materi karakeristik berbagai pemalsuan susu yaitu mengidentifikasi karakteristik
beberapa jenis susu yang disediakan yaitu susu murni, susu dicampur air, susu
santan, susu formalin dan susu boraks meliputi warna, rasa dan bau untuk
mengetahui perbedaan dari susu yang disediakan. Menulis hasil identifikasi ke
dalam formulir dengan alat tulis.
2.2.2.2.Uji
kesegaran susu, metode yang digunakan dalam uji kesegaran
susu dengan uji didih yaitu dengan menuang
susu dalam beaker glass sebanyak 10
ml, memanaskan susu dengan bunsen hingga mendidih, kemudian setelah mendidih
mengamati perubahan yang terjadi. Metode yang digunakan dalam uji kesegaran
susu dengan uji alkohol yaitu dengan menuang susu ke dalam beaker glass sebanyak 20 ml, menambahkan alkohol dengan perbandingan
1 : 1, digojok dan mengamati perubahan yang terjadi. Mendokumentasi hasil yang
didapat kemudian dicatat pada lembar formulir.
2.2.2.3.Uji
penambahan susu, metode yang digunakan dalam uji penambahan
susu dengan airmenggunakan latodensimeter yaitu dengan menuangkan susu ke dalam
gelas ukur sebanyak 500 ml, latodensimeter dicelupkan hingga mengapung dan
diputar, diamati angka yang tertera pada laktodensimeter dan dihitung berat
jenis dengan rumus :
Berat jenis
: Berat
jenis terukur –
(27,5 – T) x 0,0002
Metode yang
digunakan dalam uji penambahan susu dengan air menggunakan timbangan yaitu
dengan susu dituangkan ke dalam gelas ukur yang ditimbang terlebih dahulu
sebanyak 500 ml, amati angka pada timbangan dan hitung dengan rumus :
Berat susu
:
Metode yang
digunakan dalam uji penambahan susu dengan santan yaitu dengan susu dituangkan
1 – 2 tetes pada objek glass dan
ditutup dengan cover glass, dan
diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 40 x.
Metode yang
digunakan dalam uji penambahan susu dengan formalin yaitu dengan susu
dimasukkan ke dalam botol 1 sampai terisi 1/3 botol, dikocok sekitar 1 menit,
isi botol 1 dipindahkan ke botol 2, dikocok sekitar 1 menit, isi botol 2
dipindahkan ke dalam botol 3 dan diamati perubahan warna.
Metode yang
digunakan dalam uji penambahan susu dengan boraks yaitu dengan sampel susu dimasukkan
ke dalam wadah plastik, kertas uji dicelupkan pada sampel kertas uji dimulai
dari ujung kertas uji sampai sampel meresap kurang lebih 1 cm dari ujung kertas
uji, dan amati perubahan warnanya.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1. Uji Daging
3.3.1. Karakteristik berbagai daging
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik berbagai
daging
Label
|
Warna
|
Tekstur
|
Bau
|
JenisDaging
|
A
|
Putih pucat
|
Lembut
|
Agak amis
|
Daging ayam
|
B
|
Merah pucat
|
Halus
|
Bau anyir
|
Daging babi
|
C
|
Merah muda
|
Halus
|
Bau prengus
|
Daging kambing
|
D
|
Merah tua
|
Berserat halus
|
Amis
|
Daging sapi
|
Berdasarkan
pengamatan karakteristik daging yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
daging dengan label A merupakan daging ayam yang memiliki ciri-ciri berwarna
pucat, bertesktur lembut dan baunya amis. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa Afrianti dkk. (2013) yang menyatakan bahwa daging ayam berwarna
putih sampai kekuningan. Sumual dkk. (2014) daging ayam mempunyai tekstur yang
lembut karena mempunyai serabut otot yang kecil. Bau spesifik daging ayam tidak
ada bau menyengat, tidak berbau amis, tidak berbau busuk. Bau pada daging ayam
dipengaruhi oleh adanya protein lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Jaelani
dkk. (2014) yang menyatakan bahwa aroma daging ayam diperoleh dari adanya
protein dan lemak.
Berdasarkan
pengamatan karakteristik daging yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
daging dengan label B merupakan daging babi yang memiliki ciri-ciri berwarna
merah pucat, bertekstur halus dan berbau anyir. Hal ini sesuai dengan pendapat
Susilo (2007) yang menytakan bahwa daging babi yang baik memiliki warna yang
pucat, bertekstur halus, konsistensi kenyal dan marbling yang cukup. Warna
merah pucat pada babi dipengaruhi oleh kandungan mioglobin. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sriyani dkk. (2015) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama yang
mempengaruhi warna daging yaitu konsentrasi pigmen daging yaitu mioglobin
selain itu nutrisi, spesies, bangsa,umur,jenis kelamin, stress dan oksigen juga
berpangaruh pada warna daging babi.
Berdasarkan
pengamatan karakteristik daging yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
daging dengan label C merupakan daging kambing yang memiliki ciri-ciri berwarna
merah muda, bertekstur halus dan bau prengus khas kambing. Hal ini sesuai
dengan pendapat Purnonomo dkk. (2012) yang menyatakan bahwa daging kambing yang
baik memiliki ciri-ciri warna merah jambu, seratnya halus, lemaknya keras dan
berwarna putih, berbau lebih keras dari daging sapi. Daging kambing bertekstur
halus yang dipengaruhi oleh umur yang masih muda sehingga memiliki serabut otot
yang belum terlalu besar dan jaringan ikat juga belum tebal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sunarlim dan Setiyanto (2005) yang menyatakan bahwa testur
daging kambing yang kasar karena terdiri dari serabut otot yang besar dan
jaringan ikat yang tebal.
Berdasarkan
pengamatan karakteristik daging yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
daging dengan label D merupakan daging sapi yang memiliki ciri-ciri berwarna
merah tua, bertekstur agar halus dan baunya amis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hadi dkk. (2011) yang menyatakan bahwa ciri daging sapi yaitu warna
merah terang dan lemaknya berwarna kekuningan serta memiliki aroma amis segar.
Warna daging sapi yang merah terang karena banyak mengandung miogoblin. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sudrajat (2007) yang menyatakan bahwa daging yang
berwarna merah menandakan bahwa daging tersebut banyak mengandung mioglobin.
3.1.2. Uji
halal
Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 2. Identifikasi pemalsuan
daging
Label
|
Hasil
Identifikasi
|
A
|
Daging sapi campuran babi karena bau anyir, warna terang, terdapat 2 garis strip
|
B
|
Daging sapi asli tanpa campuran karena bau amis, warna gelap,
terdapat 1 garis strip
|
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilaksanakan diketahui bahwa sampel daging A
positif daging babi, karena ketika diuji Pork
Detection Kit sampel ekstrak tersebut
muncul dua garis sejajar berwarna merah yang menandakan daging tersebut
positif daging babi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pahlevi (2013) yang
menyatakan bahwa pengujian pada sampel positif mengandung arti bahwa sampel
tercemar mengandung babi atau telah dipalsu. Sampel daging B negatif dari
tambahan dagingbabi karena bau amis, warnanya gelap dan terdapat satu strip. Metode
Pork Detection Kit merupakan metode
yang paling efisien untuk mengetahui adanya kandungan daging babi atau tidak.
Prinsip kerja dari Pork Detection Kit
yaitu menggunakan Immunokromatografi.
Immunokromatografi adalah suatu teknik untuk memisahkan dan mengidentifikasi antigen atau anti bodi
yang terlarut dalam sampel. Pada kasus ini Pork Detection Kit akan mendeteksi ada atau
tidaknya antigen babi pada sampel yang di uji. Menurut Erwanto dkk. (2007)
metode yang cepat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya pemalsuan daging
sapi adalah dengan menggunakan Porcine
Detection Kit, indikator ini digunakan karena mampu mendeteksi ada atau
tidaknya anti gen babi pada sampel terlarut dengan prinsip Immunokromatografi.
3.1.3. Uji kesegaran daging
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Karakteristik Ayam segar
dan ayam tiren
Label
|
Hasil
Identifikasi
|
A
|
Warna hijau ketika uji Durante, terdapat bercak merah
pada kulit daging, bau busuk, daging berair.
|
B
|
Warna biru muda ketika uji Durante, tidak terdapat bercak merah, daging
cenderung kering, bau tidak busuk.
|
Sampel daging ayam yang positif
pada uji Durante adalah sampel daging
ayam A
sedangkan sampel daging B negatif. Daging yang dicurigai sebagai ayam tiren di ekstrak untuk di uji Durante, warna
ekstrak yang asalnya merah muda ditetesi durante kemudian warna berubah menjadi
hijau setelah pengocokan. Ayam tiren merupakan istilah yang biasa digunakan
masyarakat untuk menyebut ayam yang mati tidak melalui proses penyembelihan
sehingga darah mengendap di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nareswari (2006) yang menyatakan bahwa
ayam tiren adalah ayam yang telah mati bukan karena disembelih melainkan karena
hal lain, diantaranya transportasi yang buruk, penyakit dan stres pada ayam.
Daging ayam tiren memiliki warna merah darah, tekstur kenyal dan berbau busuk.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiatmaja dan
Rakhmadi (2012) yang menyatakan bahwa daging ayam tiren memiliki warna
merah kusam, sedangkan pada daging ayam normal daging berwarna lebih cerah.
Selain hal tersebut, bau yang dihasilkan juga lebih menyengat dibandingkan
daging ayam normal.
3.2. Uji Susu
3.2.1. Karakteristik berbagai pemalsuan susu
Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Karakteristik
berbagai pemalsuan susu
Label
|
Jenis
Pemalsuan
|
Warna
|
Bau
|
Rasa
|
3
|
Susu Murni
|
Kekuningan
|
Khas Susu
|
Khas susu, gurih
|
4
|
Susu + Air
|
Kuning Kebiruan
|
Susu
|
Sedikit Tawar
|
2
|
Susu + Santan
|
Keputihan
|
Agak Kesantanan
|
Gurih
|
1
|
Susu + Formalin
|
Kekuningan
|
Menyengat
|
Susu
|
5
|
Susu + Boraks
|
Kuning Kemerahan
|
Susu
|
Khas susu
|
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilkukan dapat diketahui bahwa karakteristik
berbagai pemalsuan susu antara lain susu ditambah air, susu ditambah santan,
susu ditambah formalin dan susu ditambah boraks yang masing – masing memiliki
warna, bau dan rasa yang berbeda – beda pula. Hal ini sesuai dengan pendapat
Aritonang (2010) bahwa terdapat berbagai pemalsuan susu yang dilakukan antara
lain dengan menambah air, menambah air
dengan dan mengurangi krim, menambah air dan skim milk, menambah air kelapa,
air santan, air beras dan air tajin. Menurut Wulandesi (2010) bahwa pemalsuan
susu yang dilakukan dapat mempengaruhi nilai berat jenis, kadar lemak, kadar
bahan kering, kadar bahan kering tanpa lemakserta titik beku yang mana
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
3.2.2. Uji kesegaran susu
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
5. Hasil Pengamatan Uji Kesegaran
Susu
Parameter
|
Sampel A
|
Sampel B
|
||
Didih
|
Alkohol
|
Didih
|
Alkohol
|
|
Warna
|
Putih susu dan
kekuningan
|
Kekuningan
|
Putih
|
Putih
|
Perubahan yang
terjadi
|
Tidak pecah
|
Pecah
|
Pecah
|
Pecah
|
Sampel
susu A yang telah diuji menggunakan uji didih dan uji alkohol menunjukkan bahwa
susu berwarna putih susu dan tekstur pecah setelah didihkan dan susu yang
ditambahkan alkohol, sedangkan pada sampel susu B yang telah diuji menggunakan
uji didih dan uji alkohol menunjukkan bahwa susu berwarna putih dan tekstur
pecah setelah didihkan dan susu yang ditambahkan alkohol. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sampel susu A yang diuji merupakan susu basi. Pecahnya
tekstur susu disebabkan oleh bakteri asam laktat yang sudah mencemari susu yang
menyebabkan tekstur susu menjadi pecah. Isniawan dkk. (2013) menyatakan bahwa
jika keasaman susu meningkat maka ikatan kasein dengan garam kalsium melemah
sehingga kasein menggumpal dan pecah. Uji didih susu yang terjadinya
terpecahnya susu karena prespitasi kasein susu. Hamidah dkk. (2012) menyatakan bahwa uji didih
positif ditandai dengan adanya gumpalan susu yang melekat pada dinding tabung
akibat dari pecahnya susu karena presipitasi kasein susu.
Warna susu yang
diuji didih dan alkohol yaitu berwarna putih susu, sedangkan susu segar memiliki
warna putih kekuningan. Warna kekuningan pada susu diakibatkan oleh kandungan
lemak pada susu yang masih utuh sedangkan susu yang berwarna putih disebabkan
oleh kandungan lemak susu yang sudah rusak oleh bakteri asam laktat. Umar dkk. (2014)
menyatakan bahwa warna susu yang baik yaitu putih kekuningan. Habibah dan
Mu’ammar (2011) menyatakan bahwa kerusakan susu disebabkan oleh terbentuknya
asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa oleh mikrobia.
3.2.3. Uji pemalsuan susu
3.2.3.1.Penambahan air, berdasarkan hasil praktikum dapat diperoleh BJ
susu yang ditambah air yaitu 1,0231 g/L dan susu segar yaitu 1,0279 g/L. Berat
jenis susu yang ditambah air lebih besar
dibanding berat susu segar. Menurut Sakinah dkk. (2010) bahwa ideal BJ susu
yaitu 1,0286 g/L, sedangkan BJ air yaitu 1 g/L
Peritungan berat susu dengan menggunakan timbangan untuk susu yang
ditambah air yaitu 1,026 gr/ml dan susu segar yaitu 1,032 gr/ml. Penambahan air
pada susu bertujuan untuk menambah volume susu.
Menurut Saleh (2004) berat jenis susu lebih berat daripada air.
3.2.3.2.Penambahan
santan, Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Pengamatan pemalsuan
susu pada mikroskop perbesaran 40x
|
|
Susu A
|
Susu B
|
Berdasarkan
hasil praktikum dapat diketahui bahwa susu A merupakan susu murni sedangkan
susu B merupakan susu yang dicampur dengan santan. partikel pada susu lebih
rapat dari pada partikel pada susu yang dicampur dengan santan. Tujuan
penambahan santan pada susu yaitu untuk meningkatkan kadar lemak. Menurut Ahmad
(2013) bahwa santan memiliki asam lemak bebas yang tinggi, sehingga ketika
ditambahkan dengan bahan pakan lain dengan jumlah yang banyak maka akan membuat
kadar lemak pada bahan tersebut tinggi. Pemalsuan ini selain untuk meningkatkan
kadar lemak yaitu menambah biaya pembeli yang didasarkan oleh kadar lemak
tersebut. Menurut Parrokasi (2007) menyatakan bahwa santan memiliki kandungan
lemak yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kadar lemak semula akan meningkat.
3.2.3.3.
Penambahan formalin,
berdasarkan hasil praktikum dapat diperoleh bahwa pada botol 1 susu berwarna
putih, pada botol 2 susu berwarna lebih kuning dan pada botol 3 susu berwarna
lebih kemerahan. Penambahan formalin pada susu bertujuan untuk meningkatkan
lama pengawetan pada susu. Cahyadi (2006) menyatakan bahwa formalin merupakan
bahan kimia yang berbahaya, apabila formalin ditambahkan kedalam bahan pangan
dapat menimbulkan kanker pada manusia. Menurut Hastuti (2015) bahwa penambahan
formalin bertujuan untuk membunuh bakteri pada susu sehingga susu tersebut dapt
bertahan lama dan meningkatkan kualitas susu sehingga dapat memenuhi standar
mutu susu yang ditetapkan.
3.2.3.4.
Penambahan boraks, berdasarkan
hasil praktikum dapat diperoleh bahwa kertas yang dicelupkan pada susu berwarna
coklat menjadi coklat kemerahan, hal tersebut menunjukan susu mengandung
boraks. Hal ini sesuai pendapat Padmaningrum dan Mawarti (2013) bahwa tester
kit digunakan untuk menguji bahan
pangan cair maupun padat yang mengandung boroks akan berwarna merah. Tujuan
penambahan boraks yaitu untuk menambah masa pengawetan pada susu. Menurut Isniawan (2013) bahwa boraks merupakan bahan
kimia yang berbahaya bagi konsumen namun bahan tersebut ditambahkan pada
makanan.
BAB
IV
SIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Simpulan
Berdasarkan pratikum dapat disimpulkan bahwa daging ayam,
babi, kambing dan sapi dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur dan bau.
Identifikasi pemalsuan daging dengan menguji kehalalan menggunakan uji kit. Uji
Durante digunakan untuk membedakan daging ayam segar dan daging ayam tiren.
Pemalsuan susu dapat dibedakan dari warna, bau dan rasa.
Uji kesegaran susu dapat dilakukan dengan cara uji didih dan uji alkohol.
Pemalsuan susu dapat diketahui melalui pengukuran BJ dengan menggunakan alat laktodensimeter dan timbangan, sedangkan untuk pemalsuan
susu yang ditambah santan menggunakan uji pengamatan partikel dengan mikroskop.
Pemalsuan susu yang ditambah formalin dapat diuji dengan formalin test kit.
Pemalsuan susu yang ditambah boraks dapat dijui dengan menggunakan boraks test
kit.
4.2. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum dilakukan
dengan telit dan cermat agar didapat hasil yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti,
M., B. Dwiloka dan B.E. Setiani. 2013. Perubahan warna, profil protein, dan
mutu organoleptik daging ayam broiler setelah direndam dengan ekstrak daun
seduduk. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 2 (3): 116-120.
Ahmad, M.I., L.C. Mandey., T.M. Langi
dan J.E.A. Kandou. 2013. Pengaruh Perbandingan Santan Dan Air Terhadap
Rendemen, Kadar Air Dan Asam Lemak Bebas (FFA) Virgin Coconut Oil. Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado
(Skripsi)
Aritonang, S.N.
2010. Susu dan Teknologi. Swagati Press, Yogyakarta.
Cahyadi,
W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Dwiatmaja, A.W. dan F.A. Rakhmadi. 2012. Karakteristik
Resistansi Daging Ayam Tiren dan Daging Ayam Normal. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY. Purworejo. 14 April
2012. 218-222.
Erwanto, Y., Arief. B.W. dan
Rusman. 2007. Identifikasi daging babi dengan PCR-RFLP sebagai acuan untuk
menentukan status kehalalan. J. Agritech. 32 (4): 370-377.
Habibah dan Mu’ammar. 2011. Pertumbuhan mikroorganisme selama penyimpanan susu
pasteurisasi pada suhu rendah. J.
Agroscientic. 18 (3): 51-56.
Hamidah, E., I.M.
sukada dan I.B.N. Swacita. 2012. Kualitas susu kambing peranakan etawah post-thawing
pada penyimpanan suhu kamar. Indonesia medicus Veterinus. 1 (3): 361-369.
Hadi, R.W., I. Setiawan dan Sumardi. 2011. Perencanaan alat
pendeteksi kualitas daging sapi berdasarkan warna dan bau berbasis
mikrokontroler atmega32 menggunakan logika fuzzy. J. Transmisi. 13 (1): 21-26.
Hastuti, L. 2015. Pengujian Kualitas
Bahan Baku dalam Pembuatan Susu Pasteurisasi dan Homegenisasi CV. Cita
Nasional. Jurusan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Katolik Soegijapranata, Semarang (Skripsi).
Isniawan, V., Y. Subagyo dan S. Utami. 2013. Pengaruh persentase penambahan madu dengan
lama penyimpanan yang berbeda terhadap pH dan uji alkohol susu kambing. J.
Ilmiah Peternakan. 1 (1): 79-87.
Jaelani,
A., S. Dharmawanti dan Wanda. 2014. Berbagai lama penyimpanan daging ayam broiler
segar dalam kemasan plastik pada lemari es (suhu 4°C) dan pengaruhnya terhadap
sifat fisik dan organoleptiknya. J. Buletin Peternakan. 39 (3): 119-128.
Nareswari, A.R.
2006. Identifikasi dan Karakterisasi
Ayam Tiren. Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi)
Padmaningrum,
R.A. dan S. Mawati. 2013. Tester kit untuk uji boraks dalam makanan. J.
Saintek. 18 (1): 24-33
Parrokasi,
N. 2007. Penuntun Kesehatan Masyarakat Veteriner (Susu, Daging dan Telur). Jurusan
Pendidikan Dokter Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh. (Skripsi).
Purnomo,
H., D. Rosyidi dan S.K. Pantoro. 2012. Kadar protein dan profil asam amino
daging kambing Peranakan Etawah (PE) jantan dan Peranakan Boer (PB) kastrasi.
J. Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 7 (1):
1-5.
Sakinah,N.E., G.
Dwiyanti., S.S. Darsati. 2010. Pengaruh penambahan asam Dokosaheksaenoat (DHA)
terhadap ketahanan susu pasteurisasi. J Sains dan Teknologi Kimia. 1 (2):
170-176
Saleh,
E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Sriyani,
N.L.P., N.M.A. Rasna, S.A. Lindawati dan A.A. Oka. 2015. Studi perbandingan
kualitas fisik daging babi Bali dengan babi Landrace persilangan yang dipotong
di rumah pemotongan hewan tradisional. Majalah Ilmiah Peternakan. 18 (1):
26-29.
Sudrajat,
G. 2007. Sifat Fisik dan Organoleptik Bakso Daging Sapi dan Daging Kerbau
dengan Penambahan Karagenan dan Khitosan. Jurusan Teknologi Hasil Ternak.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi).
Sumual,
M.A., R.Hadju., M.D. Rotinsulu dan S.E. Sakul. 2014. Sifat organoleptik daging
broiler dengan lama perendaman berbeda dalam perasan lemon cui (Citrus microcarpa). J. Zootek. 34 (2):
139-147.
Sunarlim,
R. dan H. Setiyanto. 2005. Potongan komersil karkas kambing Kacang jantan dan
domba lokal jantan terhadap komposisi fisik dan gizi daging. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. 666-673.
Susilo,
A. 2007. Karakteristik fisik daging berbagai bangsa babi. J. Teknologi dan Ilmu
Hasil Ternak. 2 (2): 42-51.
Umar., Razali dan A.
Novita. 2014. Derajat keasaman dan angka reduktase susu sapi pasteurisasi
dengan lama penyimpanan yang berbeda. J. Medika Veterinaria. 8 (1):43-46.
Wulandesi, A. 2010 Quality
Control dalam pembuatan susu
pasteurisasi dan homogenisasi serta yoghurt. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).
Harrah's Resort Southern California - Mapyro
BalasHapusDirections to Harrah's Resort Southern California (Harrah's). Rating: 7.3/10 · 1,099 reviews · Price range: 포천 출장샵 $ (Based on Average Nightly Rates for a Standard Room 나주 출장안마 from our Partners)What are some of the property amenities at Harrah's Resort Southern 양산 출장안마 California?Which room 속초 출장안마 amenities are available at Harrah's Resort 영천 출장마사지 Southern California?
Casino Roll
BalasHapusJoin Casino Roll 바카라 사이트 Online https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ Casino herzamanindir.com/ Roll kadangpintar 2021 herzamanindir